Keynote Sejarah, Problem & Solusi Pendidikan NU. Pendahuluan. Mengenal Nahdhatul Ulama (baca: NU) dalam konteks pendidikan merupakan hal yang menarik. Ini karena sebuah kesadaran bahwa NU menaungi beragam jenis pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kuantitas pendidikan di bawah naungan NU (Ma’arif) tidak terbantahkan Untuklebih jelasnya kita kutipkan tulisan A. Chalim: “Hasrat untuk mahasiswa Islam yang berhaluan Ahlusunha wal jamaah untuk mendirikan organisasi tersendiri sebenarnya sudah lama ada, dan karena Partai Nahdatul Ulama adalah merupakan refleksi dari Islam Ahlusunha Wal Jamaah organisasi itu (IMANU, Pen) diorientasikan kepadanya (Partai NU A Lahirnya Nahdlatul Ulama Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh KH. Hasyim Asy‟ari (1871-1947), seorang ulama besar dari pesantren Tebuireng jombang jawa timur, pada tanggal 31 januari 1926 M. NU didirikan notabene oleh para ulama yang bergabung dalam Komite Hijaz. Para ulama sepakat mendirikan oeganisasi cash. Warna hijau sebagai corak Nahdlatul Ulama Sumber kelahirannya pada tahun 31 Januari 1926 di Surabaya, Nahdlatul Ulama NU merupakan wadah perjuangan untuk menentang segala bentuk penjajahan dan merebut kemerdekaan negara Republik Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus aktif melakukan dakwah-dakwahnya untuk senantiasa menjaga kesatuan negara Republik Indonesia dalam wadah NKRI. Bagaimana NU dalam peranannya yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mempertahankan keutuhan NKRI dapat dilihat atas latar belakang lahirnya ormas terbesar di dunia Nahdlatul Ulama NU. Motif nasionalisme timbul karena NU lahir dengan niatan kuat untuk menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam melawan nasionalisme itu pun terlihat juga dari nama Nahdlatul Ulama itu sendiri yakni “Kebangkitan Para Ulama”. NU pimpinan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat nasionalis. Sebelum RI merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jong Celebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dan sebagainya, akan tetapi kiai-kiai NU justru mendirikan organisasi pemuda bersifat nasionalis. Pada tahun 1924 para pemuda pesantren mendirikan Syubbanul-Waṭān Pemuda Tanah Air. Organisasi pemuda itu kemudian menjadi Ansor Nahdlatoel Oelama ANO yang salah satu tokohnya adalah Kyai Muhammad Yusuf yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama NU dengan upaya yang kuat menggerakan para ulama, santri dan umatnya untuk bangkit menghimpun kekuatan melawan pemerintahan asing yang dianggap kafir, merupakan bukti sejarah yang tidak dapat Islam di bawah komando para ulama telah memberikan warna dan sangat yang terang dalam sejarah perjuangan pergerakan kemerdekaan negara Indonesia, utamanya dalam perlawanan menentang penjajahan Belanda, merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi fisik saat seluruh bangsa mempertaruhkan hidup dan mati untuk tetap tegaknya kemerdekaan Nahdlatul Ulama Dalam mengusir penjajahan BelandaNahdlatul Ulama NU dalam setiap langkahnya selalu mengutamakan kepentingan bangsa, negara dan senantiasa dilandasi oleh dasar syariat Islam dan nilai-nilai ke-Islam-an, juga didasari atas nilai-nilai ke-Indonesia-an dan semangat nasionalisme yang tinggi, hal ini dapat kita lihat bagaimana latar belakang Nahdlatul Ulama ini lahir, bagaimana peranannya yang begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan keutuhan NKRI. NU pimpinan KH. Hasyim Asy'ari sangat menjunjung tinggi nilai nilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasarkan atas syariat Islam. Belanda sebagai bangsa yang paling lama menguasai bangsa Indonesia sudah melakukan banyak kebijakan-kebijakan yang sangat merugikan rakyat Sikap kolonial Belanda telah menumbuhkan benih-benih ketidakpuasan bangsa Indonesia sehingga para pemuka agama menghimpun kekuatan melalui dunia pesantren diantaranya adalah Nahdlatul Ulama NU. Ditambah adanya beberapa program kristenisasi yang dilakukan oleh penjajah Belanda di bumi nusantara ini menjadikan Nahdlatul Ulama bangkit menghimpun laskar-laskar kekuatan ḥizbullāh untuk melawan penjajahan Belanda yang dianggap kafir dan zalim. NU dengan segala kekuatan yang ada pada tingkat komunitas masyarakatnya secara menyeluruh memberikan pengaruh yang mengakibatkan munculnya kelompok baru yang disebut ulama dan santri, yang kemudian karena kekuatan NU ini semakin lama semakin kuat, maka oleh penjajah Belanda ingin dijauhkan dari pengaruh politiknya. Peran ulama dalam perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia tidak hanya sebagai pengobar semangat santri dan masyarakatnya, akan tetapi juga bertujuan “mempengaruhi” pemerintah agar segera menentukan sikap melawan kekuatan asing yang ingin menggagalkan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Jauh sebelumnya, yaitu masa pendudukan Jepang, kaum ulama dan santrinya sudah bersiap-siap menyusun kekuatan. Laskar Ḥizbullāh Tentara Allah dan Sabīlillāh Jalan Allah didirikan menjelang akhir pemerintahan Jepang, dan mendapat latihan kemiliteran di Cibarusah, sebuah desa di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Laskar Ḥizbullāh berada di bawah komando spiritual KH. Hasyim Asy’ari dan secara militer dipimpin oleh KH. Zainul Arifin. Adapun laskar Sabīlillāh dipimpin oleh KH. Masykur, dia adalah pemuda pesantren dan anggota Ansor NU ANU sebagai pemasok paling besar dalam keanggotaan Ḥizbullāh. Peran kiai dan santri dalam perang kemerdekaan ternyata tidak hanya dalam laskar Ḥizbullāh dan Sabīlillāh saja, tetapi banyak diantara mereka yang menjadi anggota tentara PETA Pembela Tanah AirMenurut KH. Hasyim Asy’ari, jihad merupakan satu amalan besar dan penting dalam Islam dengan keutamaannya yang sangat banyak sekali, tentunya menjadi kewajiban seorang muslim untuk melaksanakan bila suatu saat diserang oleh orang kafir. Oleh karena itu menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam konteks melawan penjajah Belanda, memberikan fatwa jihad mempertahankan tanah air Indonesia hukumnya wajib atas seluruh orang yang berada di wilayah negara Indonesia yang diserang musuh penjajah kafir Nahdlatul Ulama sebagai panitia persiapan Nahdlatul Ulama NU mempunyai arti penting dalam perumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam Panitia Sembilan dalam BPUPKI Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 yang menghasilkan dokumen sejarah penting, yaitu “Piagam Jakarta”. Syukurlah rumusan “Atas berkat rahmat Allah“ itu tidak dituntut untuk dicoret sebagaimana rumusan tujuh kata “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, seperti kita pahami “tujuh kata” itu kemudian dicoret dalam sidang PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 18 Agustus 1945. Bung Hatta mengaku, ia mendapat telepon dari seorang perwira Jepang yang mengaku menyampaikan aspirasi kaum Kristen Indonesia Timur, bahwa mereka tidak mau bergabung dengan NKRI jika “tujuh kata” itu tidak dihapus. Hingga kini, peristiwa seputar pencoretan “tujuh kata” itu masih misterius, sebab sampai meninggalnya Bung Hatta tidak membuka siapa sebenarnya perwira Jepang yang meneleponnya tersebut. Menurut KH. Wahid Hasyim, bahwa toleransi yang dilakukan oleh NU dan tokoh-tokoh pejuang Muslim lain yang menerima untuk menghapus “tujuh kata” dan menerima tuntutan kaum Kristen Indonesia Timur, itu semua merupakan pengorbanan dan perjuangan para ulama NU demi terpeliharanya kemerdekaan dan juga demi persatuan dan kesatuan NKRI. Kita perlu ingat kembali, bahwa setelah “Piagam Jakarta” ditetapkan, masih ada sebagian anggota BPUPKI yang menggugatnya. Akhirnya, Bung Karno sendiri menegaskan “Saya ulangi lagi bahwa ini satu kompromis untuk menyudahi kesulitan antara kita bersama. Kompromis itu pun terdapat sesudah keringat kita menetes. Tuan-tuan, saya kira sudah jelas bahwa kalimat “dengan didasarkan kepada keTuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” sudah diterima oleh Panitia ini”. Inilah debat panjang yang akhirnya menelorkan sikap kompromis yang sebaik-baiknya antara kaum muslimin dan kristen. Sehingga panitia memegang teguh akan kompromis yang dinamakan oleh anggota yang terhormat Muh. Yamin dengan nama “Jakarta Charter”, yang disertai perkataan Tuan anggota Soekiman, gentlemen agreement, hal ini supaya dipegang teguh di antara pihak Islam dan pihak Jakarta adalah cikal bakal materi Pembukaan UUD 1945 oleh karena materi Piagam Jakarta kemudian dijadikan materi pembukaan preambule UUD 1945. Piagam Jakarta berisi pola kalimat proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1945. Persiapan yang dilakukan oleh para tokoh bangsa termasuk salah satu perumus Pancasila yaitu KH. Abdul Wahid Hasyim dari kalangan tokoh agama, beliau melakukan langkah dengan menggelar rapat di Taman Raden Saleh Jakarta pada tanggal 13-14 September 1944. Sebulan kemudian, Masyumi mengadakan rapat khusus dengan kesepakatan untuk mengajukan resolusi kepada Jepang agar segera mempersiapkan umat Islam Indonesia untuk siap menerima saat tentara Negara belum efektif terutama jalur komandonya, Laskar ulama dan santrinya telah sigap menghadapi berbagai ancaman yang akan terjadi. Bahkan konsolidasi dan jalur komando laskar Ḥizbullāh dengan dukungan struktur Nahdlatul Ulama NU dan Masyumi begitu massif hingga ke pedesaan. Sebagai bentuk dukungan, laskar tetap loyal terhadap negara, ini ditandai dengan meleburnya laskar Ḥizbullāh dan Sabīlillāh NU ke dalam TNI dan terus aktif terlibat dalam berbagai serangan umum terhadap markas Belanda. Kegigihan para pejuang TNI dan laskar Ḥizbullāh, Sabīlillāh NU menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia tetap eksis meskipun ibukota sudah diluluhlantahkan oleh kolonial Belanda. Perjuangan ini akhirnya membuahkan hasil dengan diakuinya kedaulatan negara Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar KMB, yang hasil keputusannya adalah Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan negara Indonesia dan kemerdekaannya secara penuh dengan tidak bersyarat dan tidak dicabut Ulama NU pimpinan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasar atas syariat Islam alā Ahlu al-sunnah wal al-jamā’ah. Sebelum negara Republik Indonesia merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jong Celebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dan sebagainya, akan tetapi Kiai-Kiai NU justru mendirikan organisasi pemuda bersifat nasionalis. Dari rahim NU juga lahir laskar-laskar perjuangan fisik, di kalangan pemuda muncul laskar-laskar ḥizbullāh Tentara Allah dengan panglimanya KH. Zainul Arifin seorang pemuda kelahiran Barus Sumatera Utara 1909, dan di kalangan orang tua sabīlillāh Jalan menuju Allah yang dikomandoi oleh KH. Masykur. Prinsip Nahdlatul Ulama NU terkait dengan menjaga kedaulatan bangsa dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, NU menganjurkan untuk senantiasa memupuk persatuan di tengah masyarakat yang plural dengan cara menanamkan sikap menghargai perbedaan lewat komunikasi dialog dalam konteks mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara. Merespon berkembangnya upaya disintegrasi dan perpecahan antara bangsa kita sendiri yang mengakibatkan hilangnya komitmen kebangsaan terhadap integritas dan kesatuan bangsa yang disebabkan oleh dampak negatif globalisasi, kebebasan berpendapat dan ekspresi tanpa batas, yang mengakibatkan munculnya gerakan separatisme, radikalisme, konflik ras dan agama yang mengancam kesatuan negara Republik Indonesia, NU merasa perlu untuk meneguhkan kembali semangat kebangsaan Indonesia dengan menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI merupakan bentuk final dari sistem kebangsaan di negara ini. - Nahdlatul Ulama atau yang disingkat NU adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Menurut data terakhir, NU memiliki jumlah anggota berkisar 40 juta orang 2013 hingga lebih dari 95 juta orang 2021. Nahdlatul Ulama didirikan pada 31 Januari 1926 atau 16 rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur, oleh KH Hasyim Asy'ari, kakek dari mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus awal berdiri hingga sekarang, NU cukup berperan aktif dalam berbagai bidang, termasuk agama dan politik. Lantas, di balik pengaruhnya yang besar, apa latar belakang lahirnya Nahdlatul Ulama? Baca juga Tokoh-tokoh Pendiri Nahdlatul UlamaBuah pikir dari para kiai Sejarah lahirnya NU tidak lepas dari peran penting para pendirinya, yaitu KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Berdirinya organisasi NU bermula dari dibentuknya kelompok-kelompok diskusi yang terdiri atas sejumlah ulama. Jauh sebelum NU berdiri, pada 1914, KH Wahab Chasbullah lebih dulu mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran atau yang disebut juga Nahdlatul Fikr atau Kebangkitan Pemikiran. Tujuan didirikannya Nahdlatul Fikr adalah untuk memberikan pendidikan sosial-politik kepada kaum santri. Dua tahun berselang, pada 1916, para kiai pesantren mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan atau Kebangkitan Tanah Air, yang bertujuan untuk melawan penjajahan Belanda.

apa motivasi para ulama pesantren mendirikan organisasi nahdlatul ulama